Kala Sumber cahaya memancarkan sinarnya di ufuk
Ketika mata terbuka kedua kelopaknya dari lelapnya tidur
Berdengung dalam pendengaran suara kehidupan
Dengan duka, raung petaka manusia-manusia
Dikala tumbuh rekah kembang di atas dahan
Pembuka masuknya cahya
Tumbuhlah buah ranum nan segar
Ketika kupu-kupu beterbangan
Lincah menari-nari keliling ranting
Lapangan dan dusun dan setiap kembang
Di kala biri-biri lepas dari ikatan
Mencari rumput sambil berlari riang
Debu mengepul sambil berserakkan
Hamparan emas ditenun di atas lapangan
Baginya air mata ufuk permadani
Napas kembang hembusan semerbak wangi
Ketika mata menatap gunung tinggi
Tinggi, enggan kemewahan dunia
Zuhud, saling menjawab hembusan angin sehara
Di ulang di mulut angkasa.. Gema !
Tak kenal diam, tak pula reda
Ketika hati riang menari riang gembira
Menggema, gema perasaan
Linangan air mata. Berderai dalam kelopak terhadap hal ihwal
Siksa dan nyata yang mempesona
Ketika malam menuangkan apinya
Atas tepi-tepi mendung yang halus
Perlahan-lahan, dengan suara parau terbenam bercampur tari
Burung-burung dengan sayap berkembang pengiring mempelai
Angin yang lembut pergi dalam ufuk gontai
Dan ketika malam mempesona kejadian
Memeluk tidur sedikit demi sedikit
Bermalam kejadian dan pikiran
Semua, semua menerangkan wujud-Mu
Satu persatu, macam demi macam…
Sesuatu….
Ketika mata terbuka kedua kelopaknya dari lelapnya tidur
Berdengung dalam pendengaran suara kehidupan
Dengan duka, raung petaka manusia-manusia
Dikala tumbuh rekah kembang di atas dahan
Pembuka masuknya cahya
Tumbuhlah buah ranum nan segar
Ketika kupu-kupu beterbangan
Lincah menari-nari keliling ranting
Lapangan dan dusun dan setiap kembang
Di kala biri-biri lepas dari ikatan
Mencari rumput sambil berlari riang
Debu mengepul sambil berserakkan
Hamparan emas ditenun di atas lapangan
Baginya air mata ufuk permadani
Napas kembang hembusan semerbak wangi
Ketika mata menatap gunung tinggi
Tinggi, enggan kemewahan dunia
Zuhud, saling menjawab hembusan angin sehara
Di ulang di mulut angkasa.. Gema !
Tak kenal diam, tak pula reda
Ketika hati riang menari riang gembira
Menggema, gema perasaan
Linangan air mata. Berderai dalam kelopak terhadap hal ihwal
Siksa dan nyata yang mempesona
Ketika malam menuangkan apinya
Atas tepi-tepi mendung yang halus
Perlahan-lahan, dengan suara parau terbenam bercampur tari
Burung-burung dengan sayap berkembang pengiring mempelai
Angin yang lembut pergi dalam ufuk gontai
Dan ketika malam mempesona kejadian
Memeluk tidur sedikit demi sedikit
Bermalam kejadian dan pikiran
Semua, semua menerangkan wujud-Mu
Satu persatu, macam demi macam…
Sesuatu….
No comments:
Post a Comment